Artificial Intelligence (part 3)

Sabtu, Desember 05, 2020



Sistem Pakar Untuk Mendiagnosa Gangguan Autis Pada Anak Dengan Metode Forward Chaining

Forward chaining adalah pencocokkan fakta atau penyataan dimulai dari bagian sebelah kiri (IF dulu). Dengan kata lain, penalaran dimulai dari fakta terlebih dahulu untuk menguji kebenaran hipotesis.


Sistem pakar untuk mendiagnosa gangguan autis pada anak ini menggunakan metode inferensi maju (Fordward Chaining). Pemilihan metode ini didasari karena metode ini cocok diterapkan untuk mendapatkan hasil diagnosa dari beberapa kelompok gejala yang dimiliki. Diagnosa autis sesuai DSM-IV, bahwa ada tiga kelompok yang menjadi ciri-ciri dari gangguan autis pada anak di usia dini ini, yaitu ; ganggauan kualitatif dalam interaksi sosial yang timbal balik, gangguan kualitatif dalam bidang komunikasi, serta suatu pola yang dipertahankan dan diulang-ulang dari perilaku, minat dan kegiatan.



Jika dari ketiga kelompok itu didapatkan tanda tanda minimal dua gejala pada bagian gangguan kualitatif dalam interaksi sosial, satu gejala dari gangguan kualitatif dalam bidang komunikasi, dan satu gejala dari bentuk pola yang dipertahankan secara berulang-ulang dari perilaku, minat dan kegiatan maka dari hasil diagnosa anak tersebut mengalami gangguan autis.

Form Menu Utama : Pada tampilan awal terdapat tiga tombol menu, yaitu menu untuk pakar, user dan exit, pada tombol pakar tidak semua sub-menu yang hidup, yang hidup hanya login saja, untuk menghidupkan beberapa tombol lain pakar di harapkan untuk login terlebih dahulu. Sedangkan untuk tombol user terdapat sub-menu diagnosa yang aktif dan bebas digunakan uleh user. Dan tombol exit untuk keluar dari aplikasi.


Form Login Pakar:


Form Data Gangguan: Untuk memasukkan data gangguan yang baru ketikkan Id gangguan pada text field Id gangguan dan tuliskan jenis gangguannya pada text field jenis gangguan.

Form Gejala:

Form Diagnosa:

Referensi:

Gusman. (2015). Sistem pakar untuk mendiagnosa gangguan autis pada anak dengan metode forward chaning. Jurnal pendidikan dan teknologi informasi, 2(1), 25-42.

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images

Subscribe